see the rainbow, taste chocolatte

see the rainbow, taste chocolatte
bintang memang jauh, namun aku mempunyai kaki untuk berlari dan tangan untuk menggapai

Wednesday 2 November 2011

Cliche or Precious Things? #part2

Cinta itu kerap terlihat dalam setiap sudut ruang.
Memberi bias warna selain hitam dan putih,
membuat sunyi tak lagi terasa senyap,
memenuhi hati dengan buncah bahagianya.
Rasanya menyenangkan.

Namun, tidak selamanya cinta itu semarak.
Kadang hanya duduk diam berdekatan,
memandang ke setiap penjuru arah ketika melewati jalan bersama.
Entah keduanya, atau mungkin hanya salah satu yang menikmati.
Tapi, ketika ada satu isyarat yang tersirat,
maka ia mundur melangkah, berjingkat pergi, dan
memilih jarak yang tidak seberapa jauh dibelakangnya.
Karena ia masih berharap,
karena ia masih bertahan menunggu dibangunkan oleh kenyataan yang ia takuti.

Katanya,
cara terburuk merindukan seseorang adalah
ketika ia duduk tepat di sampingmu
dan kamu tahu tak pernah bisa memilikinya.

Iya, benar. Tapi itu dulu.
Sekarang, bahkan tidak ada kesempatan untuk duduk tepat di sampingmu lagi.
Artinya, Lebih Parah.

Saat duduk berdekatan, aku diam.
Aku diam, bukannya malas bicara.
Aku hanya sedang sibuk
merangkum semua gerak, ekspresi dan kata-kata yang terucap darimu ke dalam memoriku yang kecil ini.
Makanya sekarang,
di kepalaku, di mataku, di hatiku, ada semua ekspresimu.

Apa kamu tau apa yang terjadi saat dimana kamu melakukan dan mengatakan apa-apa yang aku harapkan?
Aku tertinggal beberapa langkah di belakangmu. Gagu.
Kehilangan semua kata yang aku tahu.
Buncah, seketika.



nb:
Percayalah, bahwa matahari itu tidak pernah terbit dan terbenam,
hanya sang bumi-nya saja yang berotasi.
Jadi kamu juga harus percaya bahwa,
cinta itu tidak pernah hilang,
hanya manusianya saja yang berubah.

No comments:

Post a Comment